Laman

11.29.2010

this, what i called as experience ;)

Saya adalah lulusan dari SMK Pariwisata tahun 2009, ingin sekali bisa melanjutkan kuliah tapi kemampuan tiap orang itu kan berbeda. Selain itu, ibu meminta saya untuk bekerja. Saya sudah mulai bekerja bahkan sejak saya belum dinyatakan lulus oleh sekolah. Saya bekerja sebagai ticketing staff di sebuah biro perjalanan dan wisata di Jakarta Selatan.
Kemudian hari itu tiba, saya sedang membaca berita di kompas online. Hal yang sering saya lakukan apabila sedang tidak ada kerjaan. Pada bagian bawah website tersebut terdapat tagline iklan Simak UI 2010. Saya lalu daftar simak, 1) Hubungan internasional 2) Sastra Perancis 3)Sastra belanda itulah jurusan pilihan saya. Sudah hampir setahun saya tidak memegang buku pelajaran, selain itu di SMK saya tidak mendapat pelajaran seperti yang diajarkan di SMA untuk menghadapi ujian masuk PTN. Hanya dengan modal kemauan, saya belajar ekonomi kepada accounting di kantor, sejarah & geografi saya telusuri lewat internet.
Singkat cerita, ternyata saya lulus. Saya diterima sebagai mahasiswa S1 Reguler Sastra Perancis Universitas Indonesia. Tentu saya sangat senang, tapi kemudian saya terdiam. Dari awal saya mendaftar, belajar, dan menjalani ujian sampai pada saat hari pengumuman saya sama sekali tidak memberitahukan orang tua saya tentang hal ini. Apalagi, biaya yang dikeluarkan untuk kuliah di UI sangat mahal bagi saya. Ini bagai dilema, apabila saya kuliah lalu siapa yang akan bekerja membantu keluarga, tapi jika saya tidak kuliah maka tidak akan ada perubahan dalam hidup kami.
Saya tidak pernah merasakan dilema sebesar ini, saya harus mengambil langkah. Akhirnya saya memutuskan untuk kuliah, sebuah keputusan besar dan saya yakin insya Allah ini adalah rejeki dan jalan untuk saya.
Sesampainya di rumah, saya menceritakan semuanya pada orang tua saya. Ini adalah keputusan saya, saya akan berusaha bagaimanapun untuk tidak menyusahkan ibu dan bapak. Kurang lebih itulah yang saya sampaikan kepada mereka. Saya pikir orang tua saya akan marah, tapi ternyata mereka mengerti dan mendukung langkah saya. Bagi saya, itu lebih dari cukup untuk menyemangati dan menjadi sumber kekuatan saya.
Pada hari pengumuman besaran BOP-B , Alhamdulillah saya dapat setengah potongan biaya. Walau tidak sesuai dengan apa yang saya tuliskan sebagai harapan besaran biaya pada berkas BOP-B tapi apa yang saya dapatkan masih jauh lebih baik dibanding jutaan orang yang ingin sekali bisa kuliah di UI.
Uang yang saya tabung sejak saya bekerja hanya ada setengah dari besaran BOP-B yang saya dapatkan. Saya bingung setengahnya lagi harus cari kemana. Kemudian saya ingat, di lingkungan rumah saya ada anggota DPD yang pernah berjanji untuk mempermudah dan memberikan bantuan bagi siapapun-terutama penduduk di lingkungannya-yang ingin mendapatkan pendidikan. Mengingat hal itu, pulang kerja saya mampir ke kediaman beliau. Dengan sebuah harapan, saya menjelaskan semuanya kepada beliau. Saya katakan padanya bahwa saya bekerja jadi pasti uang itu saya ganti. Beliau hanya menanggapi dingin, beliau melupakan janjinya.
Waktu itu, malam terasa sangat dingin dan hujan. Saya kecewa, jujur saya merasa malu. Pergi ke rumah orang lain sendirian unutk memohon bantuan. Saya kesampingkan ego dan gengsi saya. Saya beranikan diri untuk memohon kepada orang yang telah menjanjikan. Tapi ternyata, usaha saya sia-sia. Saya menangis dan rasanya sangat sedih, pedih. Pada malam itu, saya benar – benar merasa iri dengan orang-orang seusia saya yang duduk dalam mobil melintasi jalan sebelah saya. Saya merasa iri dengan mereka yang dengan sangat mudah bisa kuliah dimanapun tanpa perlu pusing, tanpa perlu melakukan apa yang baru saja saya lakukan. Tapi kemudian saya sadar, saya jauh lebih baik dibanding jutaan orang di luar sana, yang bahkan untuk makan pun mereka rela melakukan apa saja. Saya hapus air mata, saya pulang dengan tersenyum agar orang rumah tidak tahu apa yang baru saja saya alami.
Keesokan paginya di kantor, saya mengajukan pinjaman. Saya lalu membuat surat dan itu harus ditandatangani direktur apabila saya ingin mengajukan pinjaman. Saya masuk ke ruang dingin itu, lalu tanpa banyak tanya beliau menandatangani surat saya. Sebuah kemudahan datang pada saya.
Saya lupa kapan harinya, saya cek akun penerimaan saya di web UI, ternyata saya direkomendasikan untuk mendapatkan beasiswa BIdik Misi. Dalam keterangan ditulis bahwa Bidik Misi akan mendanai biaya kuliah saya di UI dari semester 1 sampai semester 8, setiap bulan saya akan menerima living cost yang akan diberikan 3 bulan sekali. Beasiswa itu sangat bermanfaat dan membantu saya. Saya benar – benar bersyukur.
Saya menceritakan semuanya kecuali peristiwa malam itu kepada orang tua saya. Ada senyum kebanggaan di wajah mereka, tak ada yang lebih membahagiakan dari pada itu. Semua kesedihan yang pernah saya dapatkan seolah terbayar dengan senyuman mereka. Betapa saya sangat mencitai mereka, keluarga.

*beberapa hari yang lalu, saya menceritakan peristiwa malam itu kepada Ibu. Reaksi ibu: sedikit marah dan kasihan, mungkin sedih juga tapi melihat aku tersenyum, ibu juga tersenyum.
Hidup bagai pelangi, harus ada warna supaya terlihat indah. Dan warna tidak hanya warna cerah, goresan – goresan gelap perlu ada, Itu yang membuat warna menjadi lebih indah. Dan begitulah hidup.

9.08.2010

enjoy ;)

entah dengan anda,
bagiku semakin banyak peristiwa yag terjadi di hidup ku, entah itu suatu masalah, penderitaan atau suatu kebahagiaan, membuat hidup terasa indah.
Anggap aja sebuah tinta, semakin berwarna maka hidup terasa semakin indah.


enjoy what's happening  on your life, enjoy even the big trouble is coming to your life ;)

tout va bien se passer // everything gonna be alright